Zimbabwe telah mengumumkan untuk menggunakan yuan sebagai mata uang yang sah di negara tersebut. Penggunaan yuan tersebut direncanakan mulai berlaku di negara itu pada awal tahun depan. Pelegalan yuan sebagai alat transaksi sah di Zimbabwe menyusul penghapusan utang senilai US$ 40 juta (sekitar Rp 554 miliar) oleh Cina.
"Mereka mengatakan menghapus utang kami yang jatuh tempo tahun ini, sehingga yuan akan resmi menjadi alat transaksi perdagangan antara Cina dan Zimbabwe, serta alat pembayaran resmi di Zimbabwe," kata Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa. Chinamasa juga mengumumkan Zimbabwe resmi akan membuat yuan Cina menjadi mata uang yang sah karena berusaha meningkatkan perdagangan dengan Beijing.
Negara Afrika bagian selatan tersebut meninggalkan mata uangnya sendiri pada 2009 setelah terjadi hiperinflasi sehingga mata uangnya tidak bisa digunakan lagi. Kemudian mereka mulai menggunakan mata uang asing, termasuk dolar AS dan rand Afrika Selatan.
Yuan kemudian ditambahkan ke keranjang mata uang asing, tetapi selama ini penggunaannya belum disetujui untuk transaksi umum di pasar yang didominasi oleh dolar AS. "Kepala bank sentral Zimbabwe John Mangudya telah melakukan negosiasi dengan Bank Rakyat Cina untuk melihat apakah kami dapat meningkatkan penggunaannya di sini", ujar Chinamasa, seperti yang dilansir Guardian pada 22 Desember 2015.
Cina adalah mitra dagang terbesar Zimbabwe menyusul isolasi Zimbabwe oleh negara-negara Barat. Isolasi ini terjadi lantaran Barat menuduh pemerintah Zimbabwe telah membiarkan pelanggaran hak asasi manusia di negara yang beribu kota Harare tersebut.
Pada awal Desember, Presiden Cina Xi Jinping melawat ke Zimbabwe dan memimpin penandatanganan berbagai perjanjian, terutama untuk meningkatkan dan membangun kembali infrastruktur Zimbabwe, seperti pembangkit listrik.
Sumber: Tempo
0 Response to "Tak Bisa Bayar Utang ke Cina, Yuan Jadi Mata Uang Zimbabwe"
Post a Comment